Penganut Syiah di Indonesia memiliki komitmen untuk mendukung keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka menjalankan kewajiban-kewajiban mereka sebagai warga negara yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Intinya, penganut Syiah itu tegak-lurus dengan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Nasionalisme,” kata Farid Wijdan ketika menjelaskan hasil penelitiannya “Syiah dalam Bingkai Kebangsaan dan Moderasi Beragama di Indonesia”, Jakarta, Jumat, 16 September 2023.
Hasil penelitian setebal 90 halaman tersebut telah diterbitkan oleh Literarsi Nusantara Abadi Grup (Litrus) pada Maret 2023. Karya ini ditulis Farid bersama Mundzier Suparta, Khaeron Sirin, dan Diana Mutia Habibaty.
Riset yang disponsori oleh Kementerian Agama Republik Indonesia ini merujuk pada literatur karya-tulis, dan dokumen seperti manifesto ormas ABI dan IJABI. Selain itu, para peneliti melakukan riset lapangan dan wawancara ke berbagai narasumber di empat kota: Jakarta, Bandung, Makassar dan Yogyakarta.
Peneliti Khaeron Sirin bahkan telah mengunjungi Iran dan menyaksikan langsung fenomena masyarakat Syiah di sana, tempat sebagian orang Indonesia menimba ilmu agama. Dosen UIN Syarif Hidayatullah ini juga menyempatkan berdiskusi langsung dengan para ulama Syiah di sana.
Menurutnya, kebudayaan di Republik Islam Iran memiliki kemiripan tradisi dengan di Indonesia. Di antaranya ziarah kubur di Iran seperti tradisi kalangan Nahdiyyin (NU) di Indonesia. “Namun bedanya ziarah di sana berlangsung hingga menjelang Subuh,” katanya.
Farid menilai penganut Syiah di Indonesia pada hakikatnya hidup dan dibesarkan di Indonesia. Dengan demikian, pada dasarnya mereka memiliki kecintaan pada NKRI.
Dalam konteks moderasi beragama, lanjut Farid, praktek keagamaan Syiah di Indonesia secara umum telah memenuhi indikator penerapan-moderasi beragama. Indikator moderasi beragama menurut Kemenag-RI di antaranya ialah: memiliki wawasan kebangsaan yang baik, menerapkan ajaran anti-kekerasan, melawan ekstrimisme, dan terorisme serta menghargai praktik budaya di masyarakat.
“Warga Syiah menghormati konsensus kenegaraan, sebagai perjanjian kuat yang harus dihormati, terutama terhadap penghormatan simbol negara. Setiap acara yang dilakukan, kalangan Muslim Syiah menyanyikan lagu Indonesia Raya,” ujar Farid.
Acara diseminiasi karya ilmiah ini diselenggarakan di ICC Jakarta secara hybrid. Farid dan Khaeron hadir sebagai narasumber mewakili penulis buku “Syiah dalam Bingkai Kebangsaan dan Moderasi Beragama di Indonesia”. Sementara Dosen STAI Sadra Jakarta, Ammar Fauzi, hadir sebagai narasumber pembanding.
Selain memberikan kritik dan saran agar hasil riset ini semakin baik, Ammar mengapresiasi usaha para peneliti. “Buku hasil-penelitian ini bagus, khususnya untuk mengedukasi masyarakat Umum, memberikan pencerahan serta pemahaman dalam menilai tentang Muslim Syiah. Buku ini dinilai juga bagus untuk dibaca oleh kalangan Muslim Syiah,” ujarnya. [] (Laode Husain Zilullah/Edy)