Gerakan Litersi Al-Huda dan penerbit Nur Al-Huda kembali menyelenggarakan acara Bedah Buku Al-Shahifah Al-Sajjadiyyah Gita Suci Keluarga Nabi dengan tema “Kembali Runtuhkan Penjajahan dan Warisan”. Acara Bedah Buku bersifat umum yang dilaksanakan di Gedung Islamic Cultural Center Jakarta pada hari Jumat, 26 Juli 2024 dan juga disiarkan langsung pada youtube ICC Jakarta TV.
Buku Al-Shahifah Al-Sajjadiyyah ini merupakan buah karya dari Imam Ali Zainal Abidin as. Narasumber dalam acara Bedah Buku ini ialah Bapak KH. Miftahudin Zuhri (selaku Ketua Yayasan Muthahhari dan Ketua Dewan Syura IJABI) dan KH. Ulil Abshar Abdallah (selaku Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama) hadir sebagai narasumber pembanding, beserta Syeh Hakimilahi selaku pemateri pertama yang juga merupakan Direkur dari Islamic Cultural Center. Beliau memberikan beberapa pemaparan mukadimah yakni bahwa amirul mukminin mengajarkan tauhid, karena pemahaman tauhid masih sangat minim makanya Amirul Mukmimin mengajarkan tauhid dalam mengenalkan Tuhan dengan baik. Akan tetapi beliau tidak menekankan pembahasannya tentang Al-Shahifah al-Sajjadiyyah melainkan ke pergerakan sesosok imam Zainal Abidin dalam pergerakannya sangat berbeda dengan imam sebelum dan sesudahnya. kitab ini mewariskan banyak ilmu pengetahuan tentang sosiologi yang berhubungan antara satu sama lain, selain itu membahas kosmologi dan akhlak, beliau berpesan bahwa selalu memberikan waktu luang untuk membaca dan mengamalkan buku dari imam Zainal Abidin.
Acara ini dihadiri juga oleh Sayid Ali Hakim yang merupakan cucu dari marja’ Ayatullah Hakim sebagai tamu undangan khusus dari Iran. Beliau mengatakan bahwasannya kita perlu menghargai waktu jangan sampai detik demi detik dan waktu berlalu begitu saja tanpa mendapatkan ilmu apapun. Meluangkan waktu membaca kitab Al-Shahifah Al-Sajjadiyyah merupakan amanah untuk membantu mensyiarkan agama dan semangat memperjuangkan agama. Pergerakan Imam Ali Zainal Abidin berbeda dengan imam sebelum dan sesudahnya. Yang mana beliau sedang dalam pengawasan penguasa dzolim dan tekanan sosial mengkondisikan Imam Ali Zainal Abidin melakukan gerakannya berdasarkan situasi dan kondisi pada masa itu.
Selanjutnya masuk ke pemateri kedua, Gus Ulil, dalam pengantarnya mengenal Syiah dari Almarhum kang Jalal yang di kenal baik dalam pemikiran Syiah Indonesia, karena beliau menghormati Gusdur. Dalam isi kandungan buku Al-Shahifah al-Sajjadiyyah menyangkut doa-doa, adapun doa yang di wiridkan oleh umat Islam mengandung keindahan yang berupa sholat juga.
Lebih lanjut, meski dirinya orang sunni tetapi menyukai juga buku Shahifah Sajjadiyyah karena isinya sangat luar biasa dan adanya keindahan sastrawi selain itu juga buku ini di tulis dengan bahasa yang indah. Makna doa dalam tradisi Islam biasanya dipahami sebagai permintaan kepada Allah, selain itu juga buku ini mengajarkan tentang akidah melalui doa-doa Shahifah Sajjadiyah ini merupakan hauhid terapan dalam konteks doa memberikan hubungan antara Tuhan dengan manusia, ungkapnya.
Selanjutnya pemateri ketiga, Ustad Miftah mengatakan ada dua poin penting, yakni; 1) doa yang ada di buku Shahifah Sajjadiyyah memberikan bimbingan ketika kita sedang menghadapi masalah yang ada dan akan di luruskan pola pikir dalam menghadapinya kenabian sampai furuudin. 2) doa perintah sama wajibnya seperti perintah yang lain tetapi jelas kapan wajibnya.
Dalam perintah yang paling tegas yaitu perintah langsung seperti sholatlah dan berdoalah, lakukanlah perintah ini karena wajib dan jelas kapan waktunya. Tetapi perintah doa tidak ada syarat dan batasan waktu, makanya berdoalah dimana saja supaya selalu terbimbing dalam kehidupan sehari-hari seperti doa yang di tulis oleh imam Zainal Abidin. Dalam pesan terakhirnya buku Shahifah Sajjadiyyah ini untuk semua kalangan tidak hanya orang Syiah saja tetapi untuk semua umat Muslim. Ujarnya.
Selanjutnya pemateri ketiga, Ustad Miftah mengatakan ada dua poin penting, yakni; 1) doa yang ada di buku Shahifah Sajjadiyyah memberikan bimbingan ketika kita sedang menghadapi masalah yang ada dan akan di luruskan pola pikir dalam menghadapinya kenabian sampai furuudin. 2) doa perintah sama wajibnya seperti perintah yang lain tetapi jelas kapan wajibnya.
Dalam perintah yang paling tegas yaitu perintah langsung seperti sholatlah dan berdoalah, lakukanlah perintah ini karena wajib dan jelas kapan waktunya. Tetapi perintah doa tidak ada syarat dan batasan waktu, makanya berdoalah dimana saja supaya selalu terbimbing dalam kehidupan sehari-hari seperti doa yang di tulis oleh imam Zainal Abidin. Dalam pesan terakhirnya buku Shahifah Sajjadiyyah ini untuk semua kalangan tidak hanya orang Syiah saja tetapi untuk semua umat Muslim. Ujarnya.
Demikianlah acara bedah buku ini diikuti dengan antusias oleh para peserta yang hadir baik secara langsung maupun dari youtube. Dengan diadakan kegiatan Bedah buku setiap bulannya diharapkan dapat Menciptakan Komunitas Literasi dan diskusi sehingga mengoptimalkan fungsionalitas Perpustakaan dan Unit Literasi Al-Huda, menambah pengunjung/peminat serta mensosialisasikan kegiatan perpustakaan dan juga tentunya mempromosikan buku-buku terbitan Nur Alhuda